"bikin blog biar ga goblog"

Sekilas Tentang Blog-ku...

Banyak yang aku tulis disini, aku bagi menjadi beberapa kategori. ada "SEPUTAR JOGJA" yang berisi segala sesuatu tentang kota tempat tinggalku.mulai dari tempat nongkrong ampe tempat makan murah di jogja.
"KEGIATAN AJAH" disini tertulis segala kisah tentang aku, hidup,cinta,teman,dan kisah sehari-hari.
"TIPS REMAJA" isinya tips2 untuk kalian dalam menghadapi dunia remaja,mis:tips mencari pacar sampai tips selingkuh.
"SEKS EDUCATION" sesuai dengan judulnya,disini segala macam yg berhubungan dgn seks ada.dari pengalaman teman2ku, sampai tempat2 untuk melepas syahwat di jogja.
"KAPAL PESIAR" Kategori terakhir ini berisi pengalaman,suka duka,ataupun trik dan syarat untuk bisa bekerja di kapal pesiar, yang terakhir amat penting secara itu tujuan hidupku, hehehe...

Sabtu, Juni 14, 2008

Fenomena Seks Bebas Mahasiswa Jogja

Ancaman pola hidup seks bebas di kalangan mahsiswa secara umum dan di pondokan atau kos-kosan, khususnya di daerah Kota Jogjakarta, berkembang semakin serius dengan makin longgarnya kontrol yang mereka terima

Jumlah remaja yang mengalami masalah kehidupan seks terus bertambah akibat pola hidup seks bebas, karena pada kenyataannya pengaruh gaya seks bebas yang mereka terima jauh lebih kuat dari kontrol yang mereka terima maupun pembinaan dari orang tua.

Sementara itu tingkat pengawasan dari pemilik kos makin longgar, atau bahkan tidak ada bapak kos yang patut disegani.Sekuat-kuatnya mental seorang mahasiswa kalau terus-menerus mengalami godaan tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan bisa berawal dari perbuatan teman2 se-kos yang dengan bebasnya melakukan hubungan seks.

Daerah yang paling besar perilaku seks bebasnya adalah SETURAN,BABARSARI. ya, disanalah tingkat tertinggi dosa yang dibuat oleh mahasiswa yang kebanyakan berasal dari luar jogja. mumpung jauh dari orang tua, ngekos bebas, ya ngeseks ujung2nya..

Pada dasarnya perilaku seksual dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu berciuman, berpelukan, bercumbu (petting), dan berhubungan badan. Sebagian besar perilaku seksual tersebut dilakukan di rumah, rumah kos, lingkungan kampus, dan tempat-tempat lainnya seperti hotel, losmen dan tempat penginapan lainnya. Bahkan ada juga yang melakukannya di dalam mobil pada waktu jalan-jalan.

Perilaku hubungan seks bebas di jogjakarta paling banyak dilakukan sepulang dari tempat hiburan malam, biasanya cewe2 yang sudah mabok akan sangat gampang untuk ditiduri oleh teman2 lelakinya.

Buat mahasiswa saya berpesan agar mempertebal iman agar tidak terjerumus kedalam kehidupan yang salah. Kalian semua adalah generasi yang diharapkan oleh bangsa ini untuk membangun Negara ini dan kalianlah yang akan menjadi pemimpin yang akan datang.






5 komentar:

Anonim mengatakan...

hahahaha,,,tau aja lu,,,,
emang betul,,,,apalagi kalo di sekitaran seturan babarsarim di kafe 2 nya ,,,ya ampunnnnnnnn banyak banget,,,hehehe,,,terus di daerah condong catur utara kampus UII ,,,,kost nya campur bro,,,saya sebagai warga babarsari jogja pada umumnya merasa prehatin dengan masalah ini,,,,
hehehehe,,,salam kenal yaaaaaaa...
tetep semangat

Mahasiswa Jogja mengatakan...

waw...menarik ...tapi kok saiia belum pernah menemui hal semacam itu yah ..padahal udah 5 tahun nih ...ya jadi mahasiswa jogja juga..

diah mengatakan...

jangan asal...tau data tertinggi dr mana?emang sudah melakukan survei disemua wilah jogja...so tau...

Indra mengatakan...

tapi kalau ngeliat dari kenyataan emg beneran lho kyk gtu, apa lagi yang kos2an na bebas... wah sesuka hati dah....

herizal alwi mengatakan...

Menjamurnya lokalisasi, warung remang-remang, hotel “short time” atau losmen “esek-esek”, salon plus plus, panti pijat plus, sauna plus, karaoke plus plus, atau diskotek dengan layanan khusus/VIP, setidaknya bisa dijadikan cermin perilaku (seks) masyarakat kita. Layaknya hukum dagang yang mengacu pada permintaan dan penawaran, demikian juga yang terjadi dalam layanan plus-plus. Tingginya jumlah pria hidung belang, maka menjamur pula wanita jalang pemburu uang.

“Industri” seks pun merambah berbagai profesi: kapster, SPG, conter girl, sales marketing, hostes, caddy, bartender, waitress restoran, scoregirl, sekretaris, fotomodel, peragawati, artis, mahasiswi hingga siswi, siap menjadi gadis-gadis order, yang siap “dibawa” para “kumbang”.

Terjunnya mereka di dunia seks komersial umumnya dilatarbelakangi ekonomi, meski ada juga yang awalnya yang “terlanjur” karena pernah jadi korban “lelaki”. Bahkan, faktanya dalam hal melacurkan diri ini, kini bukan hanya persoalan perut, bukan soal “menafkahi” keluarga, namun sudah perkara memenuhi gaya hidup. Hedonisme menjadikan mereka memburu kesenangan belaka. Asal bisa gonta ganti hp dan kendaraan, membeli busana bermerek dan aksesori mahal, mereka rela mengorbankan kehormatan diri atau menjadi simpanan bos-bos dan om-om.

Tuturan di atas baru sebatas “jual beli”. Yang melakukan seks atas dasar suka sama suka, sex just for fun, atau sekadar mencari kepuasan pribadi, tentunya lebih banyak. Remaja/wanita hamil di luar nikah ada di kanan kiri kita, perselingkuhan sudah sering kita dengar, video mesum juga sudah bukan berita heboh lagi. Masyarakat seakan sudah abai atau malah justru permisif. Jika dahulu orang tua seperti dicoreng aibnya ketika anak perempuannya hamil di luar nikah, sekarang banyak orang tua yang justru bersikap biasa saja, bahkan cuek.

Pacaran zaman sekarang juga jauh lebih “canggih”, karena remaja sekarang lebih paham tentang hal-hal yang terkait reproduksi, bahkan paham bagaimana menghindari cara dan waktu berhubungan seks yang berpotensi kehamilan.

Tak berhenti hingga di sini. Seks bebas juga berkembang menjadi perilaku seks menyimpang: pesta seks, arisan seks, private party, incest (hubungan seks sedarah), hingga homoseksual. Lebih ironis, komunitas “maho” (manusia homo) berkedok demokrasi seks malah melembaga di negeri ini, mewujud dalam organisasi GAYa NUSANTARA.

Padahal, yang namanya kasus-kasus menyimpang soal seks seperti fenomena gunung es; di permukaan saja sudah memiriskan hati, apalagi yang tidak tampak. Perkembangan teknologi (TV, internet, HP, dsb) yang mengekspos budaya mempertontonkan aurat menjadi sarana “ampuh” dalam menimbun hasrat seksual para remaja. Alih-alih disalurkan pada tempatnya (baca: menikah), yang terjadi, kejahatan seksual seperti pemerkosaan dan sodomi, malah merebak di mana-mana.

Sistem pendidikan yang menempatkan agama sebagai suplemen, menjadikan anak bangsa ini miskin ilmu dan iman. Hal ini juga didukung dengan lemahnya pengawasan orang tua dan minimnya amar ma’ruf nahi mungkar.

Ironi memang sedemikian bebasnya seks bebas di negeri yang mayoritas muslim ini. Bagi orang tua yang membiarkan putrinya bebas bergaul dengan laki-laki, bagi “ustadz-ustadz cinta” yang menghalalkan pacaran, bagi “dai-dai gaul” yang diam seribu bahasa dengan maraknya perzinaan di negeri ini, sadarlah, seks bebas mengepung kita!

Komentar:

Hendaklah kita bertaqwa kepada Allah, kemudian membentengi diri dan keluarga kita dari perbuatan keji dan mungkar. Ya Allah jauhkanlah kami dan keluarga kami dari perbuatan keji dan mungkar, baik yang nampak maupun yang tersembunyi.