jogja di mata remaja....

co: malem ini kita mau kemana yang?
ce: aduh, kemana ya? menurut kamu enaknya kemana?
co: ke amplaz yuk, rame.
ce: aduh..aku paling bt kalo di t4 yg terlalu rame.
co: saphir square ajah gimana?
ce: hah? masih sepi, banyak yg belum buka
co: gmana kalo ke galeria?
ce: udah basi.disana ga ada counter2 yg baru,mentok juga matahari
co: mo ke malioboro?
ce: basi banget!!!!



begitulah kira2percakapan kebanyakan mahasiswa/mahasiswi rantau yang sudah lama(kurun waktu 2tahunan lebih) tinggal di jogja, kota yg dikenal sebagai tujuan wisata, sebenernya malah menciptakan kebingungan bagi sebagian remaja hedonis di jogja, berbeda dengan kota2 besar lainnya seperti bandung misalnya, di kota itu kita bisa menjumpai lebih dari 12 mall atau tempat perbelanjaan dengan berbagai format yang mereka tawarkan.

tapi di jogja??? boro boro... mall aja cuman ada 4.
bagi mereka yang berasal dari kota2 yg lebih besar dari jogja, hal ini cukup membuat mereka mengeryitkan dahi setiap kali kebingungan mencari tempat nongkrong.


sangat bertolak belakang dengan remaja-remaja yang bersikap sewajarnya, bagi mereka di jogja sangatlah banyak ruang publik yang bisa dimanfaatkan.dimana meraka bisa menikmati beragam aktivitas, mulai dari kesenian jalanan sampai beragam makanan tradisional.
di lesehan manapun, kita bisa menikmati lantunan musik dari para pengamen jalanan, di sudut2 pasar beringharjo maupun kranggan kita bisa menjumpai beragam makanan tradisional, yang hampir tidak pernah ada di dalam mall.pagelaran seni pun hampir setiap hari kita jumpai di berbagai tempat yang berbeda.di angkringan, dengan uang 1000perak saja,kita bisa menikmati kopi yg tak kalah enaknya dari kopi seharga 15000 di coffee shop.